A. P E N D A H U L U A N
Perhatikan gambar berikut!
Gambar 1. Larutan, koloid, suspensi |
Sistem koloid termasuk salah satu
sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan suspensi. Larutan
merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak
dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi
merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata
dalam medium pendispersinya . Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang
keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Secara
makroskopis koloid tampak homogen, tetapi secara mikroskopis bersifat
heterogen. Campuran koloid umumnya bersifat stabil dan tidak dapat disaring.
Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm - 10 nm. Perbandingan sifat
larutan, koloid dan suspensi dapat dilihat pada tabel 1.
B. P E N G E R T I A N K O L O I D
Sebelum
kita belajar koloid yuk kita saksikan video berikut.
Koloid merupakan
suatu bentuk campuran fase peralihan homogen (sejenis) menjadi heterogen.
Campuran tersebut merupakan keadaan antara larutan dan suspensi. Secara
makroskopis koloid tampak homogen, akan tetapi sebenarnya koloid tergolong
campuran heterogen, karena perbedaan partikel kedua fase koloid masih dapat
diamati dan dibedakan secara makroskopis.
Seperti larutan gula atau larutan garam, partikelnya
mungkin mengandung lebih dari satu molekul akan tetapi tidak cukup besar untuk
dilihat dengan mikroskop biasa. Partikel-partikel yang terletak dalam jarak
ukuran koloidal mempunyai luas permukaan yang sangat besar dianding dengan luas
permukaan partikel-partikel yang lebih besar dengan volume yang sama
Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil”
(seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda
dengan larutan; larutan bersifat stabil. Koloid merupakan suatu sistem
dispersi, karena terdiri dari dua fase, yaitu fase terdispersi, dan fase
pendispersi.
- Fase terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Fase pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan
fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi menjadi beberapa
macam. (dapat dilihat di tabel 2)
Tabel 2. Jenis-jenis koloid |
B. S I F A T K O L O I D
1.
Efek Tyndall
Jika seberkas cahaya dilewatkan
pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan dihamburkannya sehingga
berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya dilewatkan pada
larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya . Sifat koloid yang
seperti inilah yang dikenal dengan Efek
Tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan
larutan sejati.
Gambar 2. Efek Tyndall |
Efek Tyndall merupakan
sifat koloid yang dapat menghamburkan cahaya. Dalam kehidupan sehari-hari, efek
ini dapat diamati seperti :
Ø sinar
matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna
biru pada siang hari dan jingga pada sore hari
Ø debu dalam
ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah
Ø di dalam
bioskop yang mana asap mengepul akan membuat cahaya proyektor lebih terang,
daerah berkabut (sorot lampu terlihat lebih jelas)
Ø sinar matahari yang masuk melalui
celah akan membuat partikel debu tampak lebih jelas.
Gambar 3. Sinar matahari yang dihamburkan oleh partikel koloid di udara |
Ketika cahaya dilewatkan melalui medium yang
mengandung partikel yang kurang darri 10-9 m, maka berkas cahaya tersebut tidak
dapat dideteksi dari medium tersebut disebut optically clear. Ketika
partikel koloid hadir, bagaimanapun, sebagian cahaya akan dihamburkan, dan
sebagian lagi akan diteruskan dalam intensitas yang rendah.
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati
partikel-partikel koloid dengan menggunakan mikroskop. Karena intensitas
hamburan cahaya bergantung pada ukuran partikel, maka efek Tyndall juga dapat
digunakan untuk memperkirakan berat molekul koloid. Partikel-partikel koloid
yang mempunyai ukuran kecil, cenderung untuk menghamburkan cahaya dengan
panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel koloid yang mempunyai
ukuran besar cenderung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang yang
lebih panjang
2.
Gerak Brown
Gerak Brown adalah
gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena
adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena
gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika
didiamkan. Gerak Brown terjadi akibat tumbukan yang tidak seimbang dari
molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.
Gambar 4. Gerak Brown |
3.
Koloid liofob dan liofil
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan
atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil
apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi
dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia =
suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik
tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani:
lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai
adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid
hidrofil dan koloid hidrofob.
Contoh:
- Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
- Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Koloid
liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob.
Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya.
Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut
terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid
liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi
ion atau muatan listrik. Muatan koloid menstabilkan sistem koloid. Perbedaan
koloid hidrofil dan hidrofob dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan hidrofil dan hidrofob |
4.
Elektroforesis
Partikel koloid mempunyai muatan di permukaannya
disebabkan oleh pengionan atau penyerapan muatan. Bila partikel koloid yang
bermuatan ditempatkan pada medan listrik, maka partikel tadi akan bergerak ke
arah salah satu elektroda bergantung pada muatannya, proses ini dikenal dengan elektroforesis.
Muatan koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap
permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat
bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah
melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda
negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan
koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam
yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
Gambar 5. Elektroforesis
|
Elektroforesis dapat digunakan
untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul
dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid
berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa
elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA
pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal
5.
Sifat Adsorpsi
Adsorbsi
koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Ukuran partikel
koloid kecil sehingga permukaannya luas dan menyebabkan kemampuan adsorpsinya
besar. Sifat adsorsi koloid digunakan
dalam proses pemutihan gula tebu, norit, dan penjernihan air.
Untuk
lebih memahami adsorpsi saksikan video berikut !
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=ivH8D4HlWeM
6.
Sifat Koagulasi
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena
elektrolit yang muatannya berlawanan, sehingga kestabilan sistem koloid menjadi
hilang. Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
- Perubahan suhu.
- Pengadukan.
- Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
- Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Contoh koagulasi: merebus telur mentah didalam air,
mendinginkan agar-agar panas, dan penjernihan air menggunakan tawas.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik: dengan pemanasan, pendinginan atau
pengadukan cepat.
2. Kimia:
Ø dengan
penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam —>
menggumpal
lumpur + tawas —> menggumpal
Ø dengan
mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan
menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
Untuk lebih jelasnya saksikan video
berikut !
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=nmSSz91Mxaw
7.
Koloid Pelindung
Koloid
pelindung merupakan suatu sistem koloid yang ditambahkan pada
koloid lain, sehingga dihasilkan koloid yang stabil. Koloid pelindung ini
membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi
muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Gambar 6. Macam-macam koloid pelindung
Contoh pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai
berikut:
- Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar atau gula
- Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
- Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
8.
Dialisis
Untuk stabilitas koloid
diperlukan sejumlah muatan ion suatu elektrolit. Akan tetapi, jika penambahan
elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat
mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu
stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit,
penambahan elektrolit dilakukan dengan cara dialisis.
Dialisis
merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau menghilangkan
ion-ion pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari selaput
semipermiabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong
semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya dapat
dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya, dengan
demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar melalui selaput
semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya
ion-ion dari sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang
mengalir. Peristiwa dialisis ini diaplikasikan dalam proses pencucian darah di
dunia kedokteran.
0 komentar:
Posting Komentar